Data Riskesdas 2018, Kesehatan Ibu Indonesia Makin Baik

Kamis, 28 Maret 2019 - 09:48 WIB
Data Riskesdas 2018,...
Data Riskesdas 2018, Kesehatan Ibu Indonesia Makin Baik
A A A
Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 memperlihatkan banyak kemajuan yang sudah dicapai pemerintah. Namun kerja keras dan cerdas masih dibutuhkan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat. Kerja keras pemerintah di bidang kesehatan sudah mulai memperlihatkan hasilnya.

Data Riskesdas 2018 menunjukkan adanya tingkat kesehatan ibu di Indonesia yang membaik dibanding pada 2013. Salah satu indikatornya ialah meningkatnya proporsi pemeriksaan kehamilan dari 95,2% menjadi 96,1%. Faktor berikutnya ialah proporsi persalinan di fasilitas kesehatan dari 66,7% pada 2013, menjadi 79,3% pada survei 2018.

Peningkatan lain juga terlihat dari proporsi pelayanan kunjungan nifas lengkap yang meningkat dari 32,1% menjadi 37%.
Kesehatan anak, khususnya dalam usia 12-23 bulan, sangat terkait dengan cakupan imunisasi dasar lengkap yang harus mereka dapatkan. Riskesdas 2018 menunjukkan cakupan imunisasi sebesar 57,9%. Tahun ini, Kementerian Kesehatan menargetkan cakupan imunisasi dasar lengkap bisa mengintervensi 93% balita Indonesia.

Pada Rapat Kerja Kesehatan Nasional 2018, di Tangerang, Menteri Kesehatan Prof Nila F Moeloek mengingatkan para kepala dinas kesehatan di tingkat provinsi, kabupaten dan kota, untuk meningkatkan surveilans di wilayahnya “Hasil riset telah membuktikan bahwa daerah yang mampu melakukan surveilans dan imunisasi yang kuat dan efektif, mampu menahan transmisi penularan dan peningkatan kasus penyakit menular,” tandas Prof Nila.

Dalam lima tahun terakhir, pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan terus bekerja keras menurunkan angka stunting. Cukup berhasil, karena data sebelumnya, yakni hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang digelar 2013, angka persentase stunting balita masih mencapai 37,2%. Yang tidak kalah menggembirakan dari hasil Riskesdas 2018 ialah keberhasilan pemerintah dalam menurunkan prevalensi penyakit menular.

Di antaranya ialah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), malaria, dan diare. Dibanding hasil sensus 2013, prevalensi ISPA turun dari 13,8% menjadi 4,4%, malaria turun dari 1,4% menjadi 0,4%, dan diare, khususnya pada balita juga turun dari 18,5% menjadi 12,3%. Yang kurang menggembirakan ialah prevalensi tuberculosis (TBC). Para tenaga kesehatan yang disurvei menyatakan prevalensi penduduk yang didiagnosis mengidap TBC mencapai 0,4%.

Angka ini tidak berubah sejak 2013, bahkan pada sensus 2007 silam. Hasil yang kurang menyenangkan masih terlihat pada penyakit tidak menular. Angka prevalensi penyakit tidak menular seperti kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi, bukannya turun malah cenderung naik.

Hasil Riskesdas memperlihatkan prevalensi kanker naik dari 1,4% pada 2013 menjadi 1,8%; stroke naik dari 7% menjadi 10,9%; dan penyakit ginjal kronik naik dari 2% menjadi 3,8%. Selain itu, diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi 8,5%; dan hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0688 seconds (0.1#10.140)